DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................................................
i
Daftar Isi
........................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
.........................................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah ....................................................................................................................
1
1.3 Tujuan
Penulis
.........................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Desain ...................................................................................................................
2
2.2
Pengertian Pengajaran
..............................................................................................................
2
2.3 Pengertian Desain Pengajaran
..................................................................................................
4
2.4 Pola
Pengajaran ........................................................................................................................
6
2.5 Komponen-komponen Desain Pengajaran .............................................................................
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
............................................................................................................................
10
3.2 Saran
......................................................................................................................................
10
DAFTAR RUJUKAN ...............................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Desain
atau perencanaan merupakan sesuatu hal yang begitu penting bagi seseorang yang
akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya, termasuk guru yang memiliki
tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran).
Supaya
seorang guru dapat menyusun perencanaan pengajaran dengan baik, maka
memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran yang akan dijelaskan didalam Bab II
dan memahami strategi pengajaran yang merupakan suatu persyaratan mutlak.
1.2
Rumusan Masalah
1)
Pengertian Desain
2)
Pengertian
Pengajaran
3)
Pengertian Desain
Pengajaran
4)
Pola Pengajaran
5)
Komponen-komponen
Desain Pengajaran
1.3
Tujuan Penulis
1)
Untuk memahami pengertian desain
2)
Untuk memahami pengertian pengajaran
3)
Untuk memahami pengertian desain pengajaran
4)
Untuk memahami pola pengajaran
5)
Untuk memahami komponen-komponen desain pengajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Desain
Desain adalah sebuah istilah yang
diambil dari kata design (bahasa inggris) yang berarti perancanaan atau
rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan “persiapan”. Di dalam ilmu
manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut
dengan istilah planning yaitu “persiapan menyusun suatu keputusan berupa
langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerja yang
terarah pada pencapaian tujuan tertentu”. Secara sederhana ada sebagian ahli
yang mengatakan bahwa perancanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan suatu
tugas. Reigeluth (1983) mengibaratkan pengertian desain dengan “cetak biru yang
dirancang oleh arsitek" sedangkan pembangunan atau pengembangan sesuatu
gedung haruslah sesuai atau mengikuti cetak biru tersebut.
Menurut Ahmad Rohani (2010:83) desain atau
perencanaan adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan suatu
tugas atau pekerjaan atau untuk mengambil suatu keputusan terhadap apa yang
akan dilaksanakan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu sebagai yang
telah ditetapkan dengan melalui prosedur atau langkah-langkah yang sistematis
dan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan tugas atau pekerjaan tersebut.
Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa
desain adalah suatu rancangan yang dibuat atau disusun dalam melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2 Pengertian Pengajaran
Kebanyakan
ahli pendidikan /pengajaran mengatakan bahwa pengajaran adalah terjemahan dari
instruction atau teaching. Tetapi, Arif S. Sadiman, kurang sependapat
menurutnya hal itu kurang tepat karena kurang mencerminkan padanan atau
terjemahan secara lebih pas. Instruction mencakup semua events yang mungkin
mempunyai pengaruh langsung kepada proses belajar manusia dan bukan saja
terbatas pada events (peristiwa-peristiwa) yang dilakukan oleh
guru/dosen/instruktur.
Instruction
itu meliputi pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan cetakan, gambar,
program televisi, film, slide, kaset audio atau kombinasinya. Ini pendapat
gagnedan Briggs (1979) yang dijadikan alasan oleh Arif S. Sadiman.
Dalam Association for Education
Communication and Technology, Corey (1977) mengatakan, bahwa instruction itu
sebagai sub-sub atau bagian dari pendidikan, yang merupakan suatu proses dimana
lingkungan seseorang dengan sengaja dikelola agar kemungkinan orang tersebut
dapat belajar melakukan hal tertentu dalam kondisi tertentu atau memberikan
respon terhadap situasi tertentu pula.
Instruction tidaklah terbatas pada
kelas-kelas formal, tetapi juga kegiatan belajar yang sifatnya nonformal dan
tidak menuntut (tidak harus) adanya dosen/guru/instruktur secarafisik.
Titik perhatian dalam instruction adalah
bagaimana mengelola lingkungan agar terjadi tindak belajar pada seseorang
(sejumlah orang) secara efektif dan efesien. Karena itulah, padanan kata
insruction yang lebih tepat adalah pembelajaran. Fungsi pembelajaran itu bukan
saja fungsi guru/dosen/instruktur melainkan juga fungsi belajar lainnya.
Menurut Arif S. Sadiman pengertian
instruction itu bukan saja bersifat formal di kelas atau di lingkungan sekolah,
dan bukan pula monopoli guru yang menjadi satu-satunya sumber belajar. Dengan
kata lain, pengertian instruction yang lebih tepat adalah “pembelajaran”.
Meskipun demikian, pengajaran bias disebut instruction dan pengajaran juga
sebagai subset pendidikan.
Pengajaran, merupakan totalitas aktivitas
belajar-mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi.
Dari evaluasi ini diteruskan dengan follow up.
Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengajaran adalah proses belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan dan
diakhiri dengan evaluasi.
2.3. Pengertian Desain Pengajaran
Menurut
Ahmad Rohani (2010:85) desain pengajaran adalah suatu pemikiran atau persiapan
untuk melaksanakan tugas mengajar/aktivitas pengajaran dengan menerapkan
prinsip-prinsip pengajaran serta melalui langkah-langkah pengajaran;
perencanaan itu sendiri, pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka pencapaian
tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
Nurhida
Amir Das dan Rodhito berpendapat, bahwa membuat
desain instruksional (pengajaran) merupakan suatu proses analisis dari
kebutuhan dan tujuan belajar, pengembangan materi, kegiatan belajar mengajar,
dan kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik, kegiatan belajar mengajar,
dan kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik, mencoba merevisi semua
kegiatan mengajar dan penilaian peserta didik.
Desain
pengajaran merupakan perancanaan yang sistematik dalam suatu pengajaran yang
akan dimanifestasikan bersama-sama (kepada) peserta didik. Dalam rangka ini,
ada baiknya jika guru terlebih dahulu memiliki proses berfikir dalam dirinya;
apa yang akan diajarkan dan materi yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar
yang di inginkan, bagaimanacara mengajarkan serta prosedur pencapaiannya, dan
bagaimana guru menilai (untuk mengetahui) apakah tujuan kompetensi sudah
dicapai atau apakah materi sudah dikuasai oleh peserta didik.
Untuk
membantu proses berpikir guru mengenai hal tersebut, James M. Cooper (1977)
dalam The Teacher as a Descision Maker mengatakan bahwa guru hendaknya memiliki
4 kompetensi.
1.
Memiliki pengetahuan tentang “belajar dan tingkah laku” manusia (peserta didik) serta mampu menerjemahkan teori itu kedalam situasi yang riil.
2.
Memiliki sikap yang tepat terhadap diri sendiri, sekolah,
peserta didik,
teman sejawat,
dan mata pelajaran yang dibina.
3.
Menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan.
4.
Memiliki keterampilan teknis dalam mengajar, antara lain:
keterampilan merencanakan pelajaran, bertanya,
menilai pencapaian peserta didik, menggunakan strategi mengajar, mengelola kelas, dan memotivasi peserta didik.
Untuk menyusun desain
pengajaran yang baik, ada baiknya diperhatikan delapan prinsip di bawah ini:
1.
Tujuan dan sumber yang ada harus jelas sebelum desain itu disusun.
2.
Masing-masing komponen dalam desain pengajaran harus saling membantu, saling berhubungan, dan saling bergantung dalam rangka mencapai tujuan.
3.
Proses yang ditempuh memungkinkan untuk melakukan koreksi terhadap kemajuan.
4.
Proses desain bersifat berulang-ulang dan saling berinteraksi.
5.
Desain pengajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat sejalan dengan kegiatan lainnya (mata pelajaran/fasilitas).
6.
Tidak satu pun komponen atau prosedur dapat berubah tanpa menimbulkan pengaruh terhadap komponen atau prosedur lainnya.
7.
Koordinasikan kebutuhan lainnya, seperti tenaga, biaya, waktu,
fasilitas, peralatan untuk melaksanakan desain pengajaran tersebut.
8.
Nilai lah hasil belajar peserta didik berdasarkan tujuan, hasilnya digunakan untuk merevisi dan menilai setiap fase dari rencana yang memerlukan penyempurnaan.
Sebuah desain
pengajaran yang baik haruslah bersifat fleksibal, maksudnya bias diubah apabila
situasi atau pun kondisi pengajaran memerlukan perubahan, serta memberikan
peluang untuk hal-hal yang tidak terduga selama perubahan-perubahan itu tidak
bersifat mendasar dan total.
Desain pengajaran
berbeda dengan pengembangan pengajaran. Desain pengajaran dan pengembangan
pengajaran adalah dua kegiatan yang berlainan tetapi setaraf. Desain
dilaksanakan atau disusun lebih dahulu baru kemudian sebagaimana infestasi dan
implementasi desa ini disebutlah pengembangan pengajaran. Kalau desain sebagai
“cetak biru” maka pengembangan itu sebagai kegiatan pembangun. Desain sebagai
“rancang” pengembangan sebagai “bangun”. Jadi, desain dan pengembangan disebut
“rancang-bangun”.
Dengan kata lain desain
pengajaran itu bersifat konsepsional sedangkan pengembangan pengajaran itu
bersifat operasional; operasionalisasi dari konsep yang telah diputuskan
ditentukan. Perbedaan desain pengajaran dan pengembangan pengajaran adalah
dalam segi waktu dan segi bentuk aktivitasnya. Jika desain atau persiapan itu
hanya guru yang mengerjakannya, sedangkan dalam pengembangan selain guru juga
melibatkan peserta didik. Bahkan dalam pengembangan pengajaran yang baik
keterlibatan peserta didik dituntut lebih aktif dan lebih banyak, sebab peserta
didik itu sendirilah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pengajaran dan
menguasai bahan pengajaran, sedangkan peranan guru pada hakikatnya hanya
sebagai “peran pembantu” dimana pemegang “peran utama” adalah peserta didik.
Menurut Ahmad Rohani
(2010: 89) desain pengajaran merupakan gambaran sejumlah harapan atau keinginan
terhadap suatu tujuan pengajaran yang diharapkan. Adapun pengembangan
pengajaran adalah sebagai realitas, realisasi harapan. Desain sebagai cita-cita
atau das solen, sedang pengembangan lebih mengarah pada desain.
Desain pengajaran itu
dapat juga dikatakan sebagaian dari pengembangan pengajaran, sekaligus desa ini
sebagaian kegiatan awal dari pengembangan, karena pengembangan pengajaran itu
pada hakikatnya ada 3 langkah pokok: perencanaan pelaksanaan dan evaluasi yang
diteruskan dengan feed back follow up. Ketiganya itu menunjukan sebagai satu
kesatuan (system) yang utuh dan terpadu.
2.4 Pola Pengajaran
Banyak
ragam pola pengajaran yang dikemukakan oleh para ahli dan banyak pula variasi
pola pengajaran dari masing-masing ahli, diantaranya adalah :
1)
Glasser (1962)
Glasser
menawarkan sebuah pola dasar mengajar yang oleh Dr. Engkoswara disebut sebagai
Pola Dasar Mengajar Tradisional (Pola Dasar Pokok).
Pola
dasar tersebut memiliki 4 komponen pokok, yaitu :
·
IO (Intructional
Objektives) atau Tujuan Pengajaran
·
EB (Entry Behavior) atau
Pengenalan Kemampuan Awal peserta didik
·
IP (Intructional
Procedures) atau Proses Pengajaran itu sendiri
·
PA (Performance
Assessment) atau penilaian terhadap pencapaian tujuan pengajaran
2)
John Carrol (1965)
Carrol
mempunyai sebuah pola School Learning atau
pola belajar sekolah, yang terdiri dari 5 komponen, yaitu :
·
Keadaan peserta
didik sebelum proses pengajaran
o Kemampuan peserta didik
o Ketabahan belajar
o Kesanggupan menerima dan memperkaya
·
Prosedur Pengajaran
o Untuk mempelajari
o Kualitas pengajaran
Dalam keadaan peserta didik sebelum proses
pengajaran meliputi kemampuan, ketabahan, dan kesanggupan atau kesungguhan
untuk mencapai dan memperkaya pengajaran.
Dalam prosedur pengajaran, mencakup
kesempatan atau waktu yang dituntut/diperlukan untuk belajar dalam situasi
pengajaran yang telah ditentukan dan yang kedua adalah kualitas pengajaran,
maksudnya suatu tingkat pengorganisasian yang memudahkan peserta didik untuk
mengikuti pelajaran, ini banyak dipengaruhi oleh bahasa pengantar/komunikasi
dalam pengajaran, alat peraga, dan metode.
3)
Jerold E. Kemp
(1977)
Pola
pengajaran yang dikemukakan dalam Intructional
Design Plan atau Rancangan Desain Pembelajaran, pola ini dapat digunakan
pada tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Ada 8 prosedur yang saling berkaitan
dan berproses secara fleksibel, yaitu :
1.
Perumusan tujuan
umum penjabaran topik-topik dibarengi dengan rumusan tujuan umum pengajaran
kompetensi dasar untuk setiap topik.
2.
Identifikasi
ciri-ciri yang penting dari pengajaran untuk setiap mengikuti pengajaran.
3.
Perumusan tujuan belajar atau
tujuan khusus pengajaran/indikator hasil belajar.
4.
Kumpulan isi atau
bahan pelajaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5.
Penjajakan awal
latar belakang dan kemampuan pelajar yang berkaitan dengan topik yang telah
ditentukan.
6.
Pemilihan aktivitas
pengajaran dan sumber pengajaran yang sesuai materi.
7.
Koordinasikan
layanan penunjang seperti ; biaya, waktu, alat, fasilitas, rancangan dan
jadwal, serta metode.
8.
Evaluasi penguasaan
tujuan, revisi, dan penilaian kembali atas setiap langkah dalam desain untuk
disempurnakan bagi masukan selanjutnya.
4)
V. Gelder
Adapun
komponen prosedur pengajaran dari pola pokok, yaitu :